Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Allah SWT sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Allah SWT sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon.
Allah SWT selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi... Allah SWT punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah SWT dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Allah SWT sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur..
Allah SWT telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Allah SWT telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap... Allah SWT MAHA TAHU & MAHA MENDENGAR

Arti Kesendirian

07 November 2007 |

Sebutir air ikut mengucur dari sebuah slang air di tangan seorang
tukang kebun. Ia merasa dirinya seperti kekuatan raksasa yang mampu
mematahkan ranting ringkih dan dedaunan kering di kebun yang gersang,
karena musim kemarau yang sangat panjang.
Tetapi, setelah slang itu terserak kembali sendiri dan menempel di
sehelai daun mawar yang masih menghijau. Sebutir air itu menjadi oase
kecil yang amat cantik di mata seorang pelukis yang sedang
memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh
istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun
terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan
yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.
Sampai akhirnya, tetesan air itu merasa dirinya melayang-layang oleh
bahagia. Karena meskipun hanya setetes dan tidak lagi terkumpul
sebagai sebuah kekuatan ia masih bisa memberikan arti. Lalu, butir
air itu berpikir bahwa seandainya ia tidak terpercik sendirian ke
atas dedaunan, tetapi tetap berkumpul dalam sebuah kungangan air, ia
mungkin hanya menjadi tempat tetas nyamuk berdarah. Jadi,
alhamdulillah kesendirian punya arti yang tak kecil bila disyukuri.

My first time I learn fasting is when iwas eight years old or at the third grade elementary school. What impressed me was on the first day and several days of ramadhan. Probably because it was my first day I almost canceled my fasting but then I saw the clock I became strong again because I liked when the showed time at 5 pm. It meant that maghrib would come soon, then I decided to continue my fasting.

After several days I forgot that was fasting month so I went to booth to buy some food and without feeling guilty, I ate that food when I went home I did thet in front of my family.

Then my family told me that it was fasting month and it was not the time for eating. I smiled shamelly than I threw away the food, I asked my self “is my fasting canceled?” then my family answer “ate and drank in fasting with forgot, the fasting can be continue”. That moment I happy and continue my fasting. And that ramadhan is my first time fasting.

Tatapan Penuh Cinta

01 November 2007 |

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda
saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.
Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar
dan paling jujur dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik
dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos
dan jauh berbeda jika ia sedang tidur.
Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur
tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur.
Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu
kini semakin tua dan ringkih,
betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya,
betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.
Orang inilah yang tiap hari bekerja keras
untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya.
Orang inilah, rela melakukan apa saja
asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah.
Lihatlah ibu anda.
Hmm...kulitnya mulai keriput dan
tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu
kini kasar karena tempaan hidup yang keras.
Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita.
Orang inilah yang paling rajin mengingatkan
dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayang,
dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu :
Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya.

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat
menatap wajah lugu yang terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta
yang mengalir deras ketika mengingat
betapa banyaknya pengorbanan yang telah
dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang
tertutupi oleh kesalah pahaman kecil
yang entah kenapa selau saja nampak besar.

Secara ajaib Allah mengatur agar pengorbanan itu
bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan
namun enggan mereka ungkapkan.

Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara dia berkata :
"betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu?
Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah,
istri yang bekerja keras mengurus
dan mendidik anak, juga rumah.
Kakak, adik, anak, dan sahabat
yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis
dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka.
Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan
seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi
jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu"
tak lagi membuka matanya, selamanya .....

Soulmate

|

Soulmate, mitos atau nyata?
Hampir setiap orang, bahkan yang sudah menikah, berharap akan menemukan belahan jiwanya atau yang sering disebut-sebut dengan soulmate. Umumnya kita membayangkan setelah bertemu dengan belahan jiwa, maka bersamanya hidup akan terasa lebih mudah dan lebih indah untuk dijalani.
Lalu bagaimana mendeteksi belahan jiwa kita? Sampai sekarang belum ada teori yang bisa diterima semua pihak tentang definisi belahan jiwa. Tapi umumnya soulmate diartikan sebagai orang yang mempunyai cara berpikir dan berperasaan sama, yang bisa melengkapi apa yang kurang pada diri kita.
Yang jelas seorang soulmate akan membuat kita selalu merasa nyaman berada didekatnya, mendengarkan atau pun berbicara kepadanya. Karena itu mencari soulmate tidak bisa berdasarkan wajah atau bentuk tubuh, kekayaannya, status sosial, pendidikan atau keturunan.
Jika Anda mencari belahan jiwa dengan ukuran-ukuran tersebut, akan sulit untuk menemukannya. Selain saling menikmati kebersamaan, soulmate akan selalu ada di sana saat Anda butuhkan, tak peduli seberapa parah masalah yang Anda hadapi.
Ada yang percaya bahwa hanya ada satu soul mate di dunia ini untuk satu orang. Sementara ada pula yang percaya lebih dari satu. Untuk kelompok yang pertama, seringkali membuat frustasi saat belahan jiwa tak kunjung datang. Untuk kelompok yang percaya ada lebih dari satu orang soulmate, umumnya itu disebabkan tanpa atau dengan sadar, merekalah yang menyediakan diri sebagai belahan jiwa orang lain.
Jika mereka melakukannya dengan sadar, itu berarti memang mereka bersedia memberikan cinta tanpa syarat, selalu siap membantu dan memberi dukungan saat diperlukan.
Anda mungkin sering bertanya-tanya, akankah saya akan bertemu dengan belahan jiwa saya? Lalu coba Anda ubah menjadi, sudahkah saya mempunyai ciri-ciri untuk menjadi soulmate bagi orang lain?
Pada dasarnya jika Anda sudah bisa memberikan cinta tanpa syarat dan bisa menyingkirkan ego untuk menerima pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, berarti Anda telah menemukan belahan jiwa Anda.

Kalau Jomblo Jangan Duka

|

Kerap kita tidak bisa mengelak dari suatu keadaan yang tidak kita inginkan.
Tetapi kita toh tetap dapat memilih sikap atau tindakan apa yang akan kita
ambil, sebagai reaksi kita terhadap keadaan itu. Nah, bagaimana reaksi kita
itu akan sangat menentukan keadaan itu selanjutnya; menjadi baik atau malah
(lebih) buruk.

Misalnya, sakit. Sekeras apa pun kita menjaga kesehatan - minum vitamin,
makan teratur, tidur cukup, olah raga rutin - tapi eh, ada saja saatnya kita
sakit. Iya, kan?!
Entah itu sakit ringan, entah sakit berat. Kita tidak bisa mengelak. Tetapi
kita bisa memilih sikap atau tindakan seperti apa sebagai reaksi kita
terhadap sakit itu.

Kita bisa terus ngedumel, menyesali habis-habisan, marah-marah, semprot sana
semprot sini. Pokoknya kagak terima. Akibatnya ya, kita bisa stress sendiri.
Tambah pusing tujuh keliling. Orang lain juga mungkin jadi jengkel dengan
kita. Lha, emang enak deket-deket orang yang terus ngeluh dan
uring-uringan?! Penyakit tidak sembuh, malah timbul masalah baru.

Atau kita bersikap tenang. Kita berserah kepada Tuhan. Kita percaya dibalik
segala hal yang Tuhan ijinkan terjadi pasti ada hikmahnya. Dengan bersikap
begitu bisa saja penyakit kita tidak lantas sembuh, tapi minimal kita tidak
jadi stress. Tidak tambah pusing tujuh keliling.
Kita tetap bisa bersyukur, menikmati hari-hari dengan gembira. Relasi kita
dengan orang lain juga tidak terganggu.

Ngejomblo juga begitu.
Bisa saja kita tidak bisa mengelak dari status jomblo.
Kita sudah berdoa, sampai lidah pun terasa kelu memohon-mohon kepada Tuhan.
Kita juga sudah berusaha keras. Begitu keras. Hingga ibarat hati kita sebuah
rumah; pintunya sudah kita buka lebar-lebar, jendelanya sudah pentangkan,
bahkan atapnya sudah kita bongkar habis. Sudah plong blong. Tetapi koq ya
sang pangeran berkuda - atau sang putri bercadar putih - yang kita
harap-harapkan itu tidak juga kunjung datang.

Lalu bagaimana dong?

Selanjutnya ya, tergantung kita. Kalau kita melihat ke-jomblo-an itu sebagai
aib; sebagai sesuatu yang memalukan dan menyedihkan, kita bisa terus
tenggelam dalam kekecewaan dan kekesalan. Rasanya Tuhan tidak adil. Hidup
pun terasa tidak enak. Sepi. Getir. Sengsara. Kita jadi murung. Hidup segan,
mati nggak mau.

Efeknya, kalau misalnya kita lagi pergi-pergi; ke mall atau ke pesta ulang
tahun teman, lalu ada yang tanya, "Koq sendirian?!" kita artikan sebagai
sindiran. Kita pun marah. Mutung. Padahal orang cuma tanya, tidak ada maksud
apa-apa. Yang celaka, kalau kemudian kita "banting harga". Ngobral. Pokoknya
siapa saja yang nyamperin, kita oke-in tanpa pikir-pikir lagi.

Mending kalau kita dapat orang yang tepat. Lha, kalau nggak?! Apa tidak
sedang membangun neraka buat diri sendiri tuh. Osraaaammmmmm. Relasi khusus
antara pria dan wanita, apalagi kalau itu mengarah ke jenjang pernikahan,
tidak bisa dibangun di atas dasar ketergesaan, keterpaksaan, atau
asal-asalan, kan?!

Akan tetapi kalau kita melihat ke-jomblo-an itu secara positif; sebagai
bagian dari rencana Tuhan atas hidup kita, percaya deh ke-jomblo-an itu
tidak akan menjadi beban yang menakutkan. Kita bisa tetap enjoy dengan
kesendirian" kita. Happy dengan hari-hari kita.
Pikiran kita pun akan lebih terbuka melihat sisi-sisi baiknya ngejomblo;
bahwa ngejomblo tidak melulu berarti "kisah sedih di Hari Minggu" (koq jadi
kayak lagu Koes Plus?!). Dan yang paling penting, kita tetap dapat membuka
diri tanpa mesti "mengobral" diri. Pokoknya so good-lah. Hidup jomblo!

Bisa saja sih sesekali kita juga merasa lonely. Atau kepikiran enaknya kalau
ada yang ngapelin atau diapelin, ada yang perhatiin dan diperhatiin. Tetapi
perasaan dan pikiran semacam itu tidak akan membuat kita lantas jadi
nelangsa. Apalagi kalau sampai mengutuk "malam dimana kita dikandung
bunda".Pasti nggaklah.

Paling kita bernyanyi sendu. Bisa lagu ngepopnya alm. Nike Ardila: "Jenuh
aku mendengar, manisnya kata cinta lebih baik ku jomblo. Bukannya sekali,
sering ku mencoba, namun ku gagal lagi... hiks, hiks. Hanya iman di dada
yang membuat ku mampu selalu tabah menjalani... yeah!"

Bisa juga lagu "Nearer, My God, to Thee " (Itu loh lagu yang mengiringi
tenggelamnya kapal Titanic :).

So, jangan kecil hati kalau memang mesti ngejomblo. Apalagi patah arang,
sampai kepengen mati segala. Jangan. Toh yang penting bukan statusnya -
jomblo atau tidak. Yang penting, bagaimana kita menyikapinya.

Dunia jomblo pun tak kalah indah kok. Asal kita melihat dan memikirkannya
secara positif.

Percaya deh